PERBAIKAN PROPOSAL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Keberadaan suatu sistem jaringan lokal nirkabel atau
WLAN (Wireless Local Area Network) sangat membantu manusia yang kini tingkat
mobilitasnya semakin tinggi di dalam kemudahan untuk melakukan koneksi terhadap
internet maupun pertukaran data.
Dahulu
untuk melakukan koneksi ke internet kebanyakan orang menggunakan kabel, tetapi
sekarang ini untuk koneksi ke internet sudah bisa menggunakan wireless.
Dibandingkan dengan menggunakan media kabel, wireless banyak sekali keuntungan
diantaranya user bisa melakukan
koneksi internet kapan saja dan dimana saja asal masih berada dalam ruang
lingkup area, selain itu dalam segi biaya pembangunan, wireless jauh lebih
murah bila dibandingkan dengan kabel.
WLAN
bekerja dengan menggunakan gelombang radio. Yang mana hal ini dilakukan oleh Access Point (AP) yang mengatur
komunikasi pada setiap wireless station pada areal cakupan. Station juga saling
berkomunikasi satu dengan lainnya melalui AP, jadi proses komunikasi antar
station dapat disembunyikan antara satu dengan lainnya.
Dalam hal ini AP berfungsi sebagai relay. diantara
AP dihubungkan melalui cara pengkabelan, jika cakupan wilayahnya masih di dalam
satu lingkungan tentu hal ini tidak menjadi masalah, akan tetapi bagaimana jika
cakupan wilayah yang sudah sedemikian luas, hal inilah yang akan menyulitkan di
kompleks kantor Bupati Yalimo di kabupaten Yalimo Propinsi Papua, jika masih
menggunakan teknik pengkabelan di dalam menghubungkan AP dan juga berdampak
terhadap pembiayaan, hal ini dikarenakan kantor Bupati Yalimo terdiri dari tiga
lantai.
Untuk memperluas jangkauan sinyal radio yang
dihasilkan AP sampai ke kantor Satuan Kerja Perangkat Daerah sekitar Kantor
Bupati Yalimo tanpa lagi menggunakan kabel, maka dibutuhkan sebuah sistem yang
mampu mendistribusikan antara sinyal yang dipancarkan oleh satu AP dengan AP
lainnya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka diperlukan suatu teknik
yaitu Wireless Distribution System (WDS).
WDS dapat
diterapkan diberbagai instansi maupun perusahaan di negara-negara maju untuk
mengoneksikan antara satu infrastructure jaringan dengan infrastructure
jaringan lainnya yang jaraknya berjauhan dan tidak disarankan jika jaringan
tersebut menggunakan kabel untuk mengoneksikan jaringannya.
Berdasarkan permasalahan diatas dengan ini
penyusun mengajukan judul “Perancangan
Dan Konfigurasi Jaringan Wireless Dengan Konsep Wireless Distribution System (WDS) Di Kantor Bupati Yalimo Provinsi
Papua”
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka
permasalahan yang diangkat dalam
penelititian ini adalah :
Bagaimana membangun jaringan wireless
dengan metode wireless distribution
system (WDS).
Bagaimana mengatasi lemahnya sinyal
wireless dengan menambah repeater sebagai penguat sinyal.
1.3.
Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang akan dibahasa
dalam penelitian ini adalah bagaimana membangun jaringan wireless dengan
menggunakan Access Point sebagai Hotspot. Serta bagaimana mengatasi pelemahan
sinyal dalam jaringan wireless.
1.4.
Tujuan Penelitian
Rancang bangun jaringan wireless dengan
metode wireless distribution system (WDS)
Mengetahui cara mengatasi lemahnya
sinyal wireless dengan menambah repeater sebagai penguat sinyal
1.5.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan adalah
:
Mengetahui konsep jaringan Wireless serta
konfigurasinya.
Mengetahui kelebihan dan kekurangan
menggunakan topologi Wireless
Distribution System (WDS).
1.6.
Sistematika Penulisan
Mendapat gambaran
yang lebih luas, dan menyeluruh tentang isi
proposal maka di muat ke dalam III bab yang urutannya dapat di lihat pada
sistematika penulisan.
BAB
I: PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB
II: TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi uraian beberapa landasan
teori pengertia jaringan komputer, pengertian Local Area Network, Jaringan TCP/IP, Wireless Network, Wireless Distribution
System (WDS)
BAB
III : METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang pembahasan metode penelitian yang berkaitan dengan perancangan dan konfigurasi jaringan
wireless,dengan konsep wireless distribution system (WDS) di Kantor Bupati Yalimo.
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab
ini akan dibahas tentang hasil penelitian dan hasil pengujian yang dilakukan terhadap jaringan.
BAB V: PENUTUP
Berisi kesimpulan
dan saran-saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Jaringan Komputer
Sebuah jaringan terdiri dari 2 atau
lebih komputer yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain, dan saling
berbagi informasi. Konsep jaringan komputer lahir pada tahun 1940-an di
Amerika, dari group riset Harvard University yang dipimpin oleh Profesor H.
Aiken. Pada mulanya proyek tersebut hanyalah ingin memanfaatkan sebuah
perangkat komputer yang harus dipakai bersama. Untuk mengerjakan beberapa
proses tanpa banyak membuang waktu kosong maka dibuatlah proses beruntun (Batch
Processing), sehingga beberapa program bisa di jalankan dalam sebuah komputer
dengan kaidah antrian. Ada beberapa jenis jaringan, yaitu :
1.
Local Area Network (LAN)
LAN adalah jaringan yang dibatasi oleh
area yang relatif kecil, umumnya dibatasi oleh area lingkungan.
2.
Metropolitan Area Network (MAN)
MAN biasanya meliputi area yang lebih
besar dari LAN, misalnya antar wilayah dalam satu propinsi yang menggabungkan
jaringan LAN.
3.
Wide Area Network (WAN)
WAN adalah jaringan yang lingkupnya
biasanya sudah menggunaka sarana satelit ataupun kabel bawah laut.
1.2. Pengenalan Sistem Operasi
Istilah sistem operasi sering ditujukan kepada semua software yang
masuk dalam satu paket dengan sistem komputer sebelum aplikasi-aplikasi
software terinstall. Dalam Ilmu komputer, sistem operasi atau dalam bahasa
Inggris: operating system atau OS adalah perangkat lunak sistem yang
bertugas untuk melakukan kontrol dan manajemen perangkat keras serta
operasi-operasi dasar sistem, termasuk menjalankan software aplikasi seperti
program-program pengolah kata dan browser web. Secara umum, sistem operasi
adalah software pada lapisan pertama yang ditaruh pada memori komputer
pada saat komputer dinyalakan. Sedangkan software-software lainnya
dijalankan setelah sistem operasi berjalan, dan sistem operasi akan melakukan
layanan inti umum untuk software-software itu. Layanan inti umum
tersebut seperti akses ke disk, manajemen memori, scheduling task, dan
antar-muka user. Sehingga masing-masing software tidak perlu lagi melakukan
tugas-tugas inti umum tersebut, karena dapat dilayani dan dilakukan oleh sistem
operasi.
2.2. Sejarah Linux
Linux pada awalnya dibuat oleh seorang mahasiswa Finlandia yang bernama
Linus Benedict Torvalds. Dulunya
Linux merupakan proyek hobi yang diinspirasikan dari Minix, yaitu sistem UNIX
kecil yang dikembangkan oleh Andrew Tanenbaum. Linux versi 0.01
dikerjakan sekitar bulan Agustus 1991. Kemudian pada tanggal 5 Oktober 1991,
Linus mengumumkan versi resmi Linux, yaitu versi 0.02 yang hanya dapat
menjalankan shell bash(GNU Bourne Again Shell) dan gcc (GNU C Compiler).
2.2.1. Distribusi Linux
Terdapat banyak distribusi
Linux (lebih dikenali sebagai distro) yang dibuat oleh individu, grup, atau
lembaga lain. Masing-masing disertakan dengan 22
program sistem dan program
aplikasi tambahan, di samping menyertakan suatu program yang memasang
keseluruhan sistem di komputer (installer program). Inti di setiap distribusi
Linux adalah kernel, koleksi program dari proyek GNU (atau proyek lain),
cangkang (shell), dan aturcara utilitas seperti pustaka (libraries),
kompilator, dan penyunting (editor). Kebanyakan sistem juga menyertakan
aturcara dan utilitas yang bukan-GNU. Bagaimanapun, utilitas tersebut dapat
dipisahkan dan sistem ala UNIX masih tersedia. Beberapa contoh adalah aturcara
dan utiliti dari BSD dan sistem grafik-X (X-Window System). X menyediakan
antarmuka grafis (GUI) yang umum untuk Linux. Contoh-contoh distribusi Linux : Ubuntu, SuSE, Fedora, Mandriva, Slackware,
Debian, PCLinuxOS, Knoppix, Xandros.
2.2.2.
Sejarah Windows
Microsoft Windows atau
lebih dikenal dengan sebutan Windows adalah keluarga sistem operasi komputer
pribadi yang dikembangkan oleh Microsoft yang menggunakan antarmuka dengan
pengguna berbasis grafik (graphical user interface) [3].
Dimulai dari DosShell for DOS 6 buatan Microsoft dan inginnya Microsoft
bersaing terhadap larisnya penjualan Apple Macintosh yang menggunakan GUI,
Microsoft menciptakan Windows 1.0. Nama ini berasal dari kelatahan karyawan
Microsoft yang menyebut nama aplikasi tersebut sebagai program windows (Jendela
Program). Windows versi 2 adalah versi Windows pertama yang bisa diinstal
program. Satu-satunya program yang bisa ditambahkan adalah Microsoft Word versi
1. Windows versi 3 menjanjikan aplikasi tambahan yang lebih banyak, kelengkapan
penggunaan, kecantikan user interface atau antarmuka dan mudahnya konfigurasi
[3].
2.3 JARINGAN
NIURKABEL
pada artikel kali ini
saya akan membahas tentang WLAN atau lebih disebut dengan wireless LAN yang
mana akan diterangkan beberapa sub diantaranya:
Perbedaan WPAN dan WLAN
Wireless Local Area Networks (WLANs)
Teknologi WLAN
membolehkan pengguna untuk membangun jaringan nirkabel dalam suatu area yang
sifatnya lokal (contohnya dalam lingkungan gedung kantor, gedung kampus atau
pada area publik seperti bandara atau kafe). WLAN dapat digunakan pada kantor
sementara atau yang mana instalasi kabel permanen tidak diperbolehkan. Atau
WLAN terkadang dibangun sebagai suplemen bagi LAN yang sudah ada, sehingga
pengguna dapat bekerja pada berbagai lokasi yang berbeda dalam lingkungan
gedung.
Dalam infrastruktur
WLAN, stasiun wireless (peranti dengan network card radio atau eksternal modem)
terhubung ke access point nirkabel
yang berfungsi sebagai bridge antara stasiun-stasiun dan network backbone.Pada
tahun 1997, IEEE meng-approve standar 802.11 untuk WLAN, yang mana
menspesifikasikan suatu data transfer rate 1 sampai 2 megabits per second
(Mbps). Di bawah 802.11b, yang mana menjadi standar baru yang dominan saat ini,
data ditransfer pada kecepatan maksimum 11 Mbps melalui frekuensi 2.4 gigahertz
(GHz). Standar yang lebih baru lainnya adalah 802.11a, yang mana
menspesifikasikan data transfer pada kecepatan maksimum 54 Mbps melalui
frekuensi 5 GHz.
2.4. Wireless Personal Area
Networks (WPANs)
Teknologi WPAN membolehkan pengguna untuk membangun suatu jaringan nirkabel (ad hoc) bagi peranti sederhana, seperti PDA, telepon seluler atau laptop. Ini bisa digunakan dalam ruang operasi personal (personal operating space atau POS). Sebuah POS adalah suatu ruang yang ada disekitar orang, dan bisa mencapai jarak sekitar 10 meter. perbedaan WPAN dan WLAN
Teknologi WPAN membolehkan pengguna untuk membangun suatu jaringan nirkabel (ad hoc) bagi peranti sederhana, seperti PDA, telepon seluler atau laptop. Ini bisa digunakan dalam ruang operasi personal (personal operating space atau POS). Sebuah POS adalah suatu ruang yang ada disekitar orang, dan bisa mencapai jarak sekitar 10 meter. perbedaan WPAN dan WLAN
a. Wireless PAN (WPAN)
Wireless Personal Area Network (WPAN) adalah jaringan wireless dengan jangkauan area yang kecil. Contohnya Bluetooth, Infrared, dan ZigBee.
Wireless Personal Area Network (WPAN) adalah jaringan wireless dengan jangkauan area yang kecil. Contohnya Bluetooth, Infrared, dan ZigBee.
b. Wireless LAN (WLAN) / Wifi
Wireless Local Area Network (WLAN) atau biasa disebut Wifi memiliki jangkauan yang jauh lebih luas dibanding WPAN. Saat ini WLAN mengalami banyak peningkatan dari segi kecepatan dan luas cakupannya. Awalnya WLAN ditujukan untuk penggunaan perangkat jaringan lokal, namun saat ini lebih banyak digunakan untuk mengakses internet. Aplikasi WLAN untuk kebutuhan SOHO secara detail meliputi arsistektur, perangkat dan administrator.
Wireless Local Area Network (WLAN) atau biasa disebut Wifi memiliki jangkauan yang jauh lebih luas dibanding WPAN. Saat ini WLAN mengalami banyak peningkatan dari segi kecepatan dan luas cakupannya. Awalnya WLAN ditujukan untuk penggunaan perangkat jaringan lokal, namun saat ini lebih banyak digunakan untuk mengakses internet. Aplikasi WLAN untuk kebutuhan SOHO secara detail meliputi arsistektur, perangkat dan administrator.
SOHO (Small office – Home office) adalah
istilah yang mengacu pada bisnis atau usaha kecil yang dilakukan di rumah. Ada
beberapa keuntungan yang bisa didapat dengan menggunakan konsep ini,
antara lain :
Kita bisa
menghemat waktu perjalanan dan menghindari kemacetan yang menjadi bagian
kehidupan kota-kota besar. Kita bisa lebih fleksibel dalam mengatur waktu dan
bisa menjadikannya part-time dari pekerjaan utama kita. Suasana kantor
dirumah menjadi nyaman karena rumah kita sendiri dan dekat dengan kehangatan
keluarga.
Perangkat :
a.
AP (Access Point)
b.
Switch
c.
Modem-router
d.
PC
e.
NIC Ethernet
f.
Cable
Administrator jaringan : Administrator
jaringan bertugas untuk mengatur jalannya data pada jaringan agar tetap lancar
dan mengamankan segala sesuatu yang membahayakan data-data yang melewati jalur
tersebut. Dengan memastikan bahwa hal tersebut bisa di manage dengan baik, maka
tugas administrator bisa dikatakan baik. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan administrator dalam
mengamankan suatu sistem jaringan wireless
Merubah nama Service
Set ID (SSID)
Merubah password adminitrator
Membatasi ujian untuk mengkonfigurasi Access Point secara
remote
Gunakanlah pengaman (berupa enkripsi) pada jaringan
wireless.
Mematikan broadcast SSID (blok
broadcast SSID).
Lakukanlah filter MAC Address (MAC
Address Filtering)
Proses koneksi jaringan WLAN antara AP dengan station
Wireless Distribution System (WDS)
memungkinkan jaringan wireless dikembangkan menggunakan beberapa access point tanpa harus memerlukan backbone kabel jaringan untuk menghubungkan mereka, seperti cara tradisional. Keuntungan yang bisa
kelihatan dari Wireless Distribution Systemdibanding solusi lainnya adalah
bahwa dengan Wireless Distribution System, header MAC address dari paket
traffic tidak berubah antar link access point. Suatu access point bisa menjadi
sebuah station utama, relay, atau remote base station.
2.5. Pengertian Access Point
1. Access Point
adalah sebuah perangkat jaringan yang berisi sebuah transceiver dan antena untuk transmisi dan menerima
sinyal ke dan dari clients remote.
2. Access
point adalah adalah perangkat, seperti router
nirkabel / wireless, yang memungkinkan perangkat nirkabel untuk terhubung
ke jaringan.
3. Access
Point dalam jaringan computer adalah sebuah jalur akses nirkabel (Wireless Access Point atau AP) adalah
perangkat komunikasi nirkabel yang memungkinkan antar perangkat untuk terhubung
ke jaringan nirkabel dengan menggunakan Wi-Fi, Bluetooth atau
standar terkait.
4. Access Point adalah perangkat yang digunakan untuk
membuat koneksi wireless pada sebuah jaringan.
2.5.1 Fungsi Access Point
1. Mengatur supaya AP dapat berfungsi sebagai DHCP server
2. Mencoba fitur Wired Equivalent Privacy (WEP) dan Wi-Fi Protected Access(WPA)
3. Mengatur akses berdasarkan MAC Address device pengakses
4. Sebagai Hub/Switch yang bertindak untuk menghubungkan jaringan lokal dengan jaringan wireless/nirkabel
3. Mengatur akses berdasarkan MAC Address device pengakses
4. Sebagai Hub/Switch yang bertindak untuk menghubungkan jaringan lokal dengan jaringan wireless/nirkabel
2.6. Pengertian Wireless Distribution System (WDS)
Wireless Distribution System (WDS) adalah sebuah sistem untuk memperluas
jangkauan jaringan wireless dengan menggunakan dua atau lebih Access Point. Dengan teknik WDS ini, penggunaan kabel sebagai
backbone jaringan tidak dibutuhkan, sehingga lebih mudah, murah, dan efisien
untuk instalasinya. Access Point tersebut bisa berupa main,
relay, atau remote base station.
3. Sebagian besar Authentication access point yang
didukung dalam WDS adalah WEP 64/128 bit. Dan
semua Access Point yang terlibat dalam
koneksi
harus menggunakan Methoda Inkripsi /
Authentication yang sama.
4.
Channel Radio yang digunakan harus sama. Misal Channel 10.
5.
Matikan
layanan DHCP Server pada Access Point
Repeater, karena DHCP akan diambil alih Access Point utama yang sebagai default gateway.
6.
Ada kemungkinan WDS tidak berfungsi jika Access Point utama danAccess Point Repeater berbeda merek.
2.7.1
Macam-Macam Mode Pada Wireless Distribution System (WDS)o-A bisa dibagi menjadi dua mode
konektifitas wireless, yaitu :
1.
Wireless bridge, dimana Access Point WDS hanya berkomunikasi satu sama lain
(sesama Access Point , dan tidak mengizinkan station
(STA) untuk mengaksesnya.
2.
Wireless repeater, dimana Access Point-Access Point saling berkomunikasi satu sama
lain dan mengizinkan station (STA) untuk mengakses mereka.
Gambar
2.7.1 Topologi WDS
2.7.2 Wireless
Distribution System (WDS) bisa diterapkan oleh Access
Point yang berbeda (untuk merek dan tipe tertentu, dan tidak semua Access
Point memiliki fitur Wireless
Distribution System / WDS).
Dengan Wireless Distribution System (WDS)
memungkinkan jaringan wireless dikembangkan
menggunakan beberapa access point tanpa harus memerlukan backbone kabel
jaringan
untuk menghubungkan mereka, seperti cara tradisional. Keuntungan yang bisa
kelihatan dari Wireless Distribution Systemdibanding solusi lainnya adalah
bahwa dengan Wireless Distribution System, header MAC address dari paket
traffic tidak berubah antar link access point. tidak seperti pada proses
encapsulation misalnya pada komunikasi antar
router
yang selalu menggunakan MAC address pada hop berikutnya.
Suatu access point
bisa menjadi sebuah station utama, relay, atau remote base station. Suatu base
station utama pada umumnya dihubungkan dengan system Ethernet. Base station relay
merelay station-2 kepada base station utama atau relay station lainnya. Remote
base station menerima koneksi dari clients wireless dan melewatkannya ke main
station atau ke relay station juga. Koneksi antar clients menggunakan MAC
address dibanding memberikan spesifikasi IP address.
Kunci inkripsi yang secara dinamis di berikan
dan dirotasi biasanya tidak disupport dalam koneksi Wireless Distribution
System (WDS). Ini berarti dynamic inkripsi WPA (Wi-Fi Protected Access) dan
technology dynamic key lainnya dalam banyak kasus tidak dapat digunakan,
walaupun WPA menggunakan pre-shared key adalah memungkinkan. Hal ini
dikarenakan kurangnya standarisasi dalam issue ini, yang mungkin saja di
selesaikan dengan standard 802.11s mendatang. Sebagai
akibatnya cukuplah kunci static WEP dan
WPA yang bisa digunakan dalam koneksi Wireless
Distribution System, termasuk segala station yang difungsikan sebagai
access point WDS repeater. Akan tetapi sekarang ini sudah banyak vendor yang
telah engadopsi standard 802.11i dalam produk access point mereka sehingga WPA
/ WPA2 adalah standard keamanan koneksi mereka (setidaknya yang mereka claim).
Gambar
dibawa ini adalah access point yang dihubungkan dengan WDS Link point-to-point.
Gambar
2.7.2. wds point to point
2.7.3. WDS Point to Point - Diagram
Dengan Wireless Distribution System,
kami bisa membangun infrastrucktur wireless tanpa harus membangun backbone
kabel jaringan sebagai interkoneksi antar bridge. Wireless Distribution System
fitur memungkinkan kita membuat jaringan-2 wireless yang besar dengan cara
membuat link beberapa wireless access point dengan WDS Links. Wireless
Distribution System normalnya digunakan untuk membangun jaringan yang besar
dimana menarik kabel jaringan adalah tidak memungkinkan, alias mahal, terbatas,
atau secara fisik tidak memungkinkan untuk ditarik.
Gambar 2.7.3. WDS Point to Multi
Point
Gambar
diatas ini adalah contoh konfigurasi WDS Link yang menghubungkan Point to multi point WDS Link. Sementara
gambar dibawah berikut ini menggambarkan contoh diagram WDS Link yang berfungsi
sebagai WDS Repeater.
Gambar 2.7.4. diagram WDS
Jika jalur akses dapat berupa
stasiun pangkalan utama, relay atau remote. Sebuah stasiun pangkalan utama
biasanya dihubungkan ke kabel Ethernet. Sebuah base station relay data antara
stasiun pangkalan terpencil, klien nirkabel atau stasiun relay lain untuk baik
utama atau base station lain relay. Sebuah stasiun pangkalan terpencil menerima
koneksi dari klien nirkabel dan melewati mereka ke stasiun relay atau utama.
Sambungan antara “klien” yang dibuat dengan menggunakan alamat MAC daripada
dengan menentukan tugas-tugas IP.
Semua BTS Distribusi Sistem Wireless harus dikonfigurasi untuk menggunakan
saluran radio yang sama, metode enkripsi (none, WEP, atau WPA) dan kunci
enkripsi yang sama. Mereka mungkin dikonfigurasi untuk pengidentifikasi set
layanan yang berbeda. WDS juga
mensyaratkan bahwa setiap stasiun pangkalan dikonfigurasi untuk meneruskan
kepada orang lain dalam sistem.
WDS juga dapat disebut sebagai repeater mode karena muncul untuk menjembatani
dan menerima klien nirkabel pada waktu yang sama (tidak seperti tradisional
bridging). Namun, dengan metode ini, throughput yang dibelah dua untuk semua
klien yang terhubung secara nirkabel.
Implementasi WDS mungkin tidak kompatibel antara produk yang berbeda (bahkan
kadang-kadang dari vendor yang sama) karena tidak disertifikasi oleh [rujukan?]
Wi-Fi Alliance. Teknis WDS dapat digunakan untuk menyediakan
dua mode wireless AP untuk
konektivitas-AP:Wireless Bridging di
mana WDS AP yang berkomunikasi hanya
dengan satu sama lain dan tidak mengizinkan klien nirkabel atau Stasiun (STA)
untuk mengaksesnya.
Mengulangi wireless di mana AP yang berkomunikasi satu sama lain dan
dengan Stas nirkabel. Dua kekurangan untuk WDS
digunakan adalah. Throughput efektif maksimum nirkabel dibelah dua setelah
retransmission pertama (hop) yang
dibuat. Misalnya, dalam kasus dua router terhubung melalui WDS, dan komunikasi dilakukan antara komputer yang terhubung ke
router dan laptop yang terhubung secara nirkabel menggunakan jalur akses router,
throughput ini dibagi dua, karena router harus mengirim ulang informasi yang
selama komunikasi dari dua sisi.
Namun, dalam hal komunikasi
antara komputer yang terhubung ke router dan komputer yang terhubung ke router
B, throughput tidak dibelah dua karena tidak ada perlu Retransmit informasi.
Ditetapkan secara dinamis dan diputar kunci enkripsi
biasanya tidak didukung dalam koneksi WDS.
Ini berarti bahwa dinamika Wi-Fi
Protected Access (WPA) dan tugas lainnya yang dinamis teknologi kunci dalam
banyak kasus tidak dapat digunakan, meskipun WPA menggunakan kunci pre-shared
adalah mungkin.
Hal ini disebabkan kurangnya
standarisasi di bidang ini, yang dapat diselesaikan dengan standar 802.11s
mendatang. Akibatnya hanya WEP atau WPA kunci statis dapat digunakan dalam
koneksi WDS, termasuk Stas yang asosiasi menjadi WDS AP berulang. Apple baru-baru ini BTS memungkinkan WDS dengan
WPA, meskipun dalam beberapa kasus firmware update yang diperlukan.
Firmware untuk Renasis SAP36g Super Access
Point dan sebagian pihak ketiga firmware untuk Linksys WRT54G (S) / GL mendukung enkripsi AES menggunakan WPA2-PSK Campuran keamanan Mode, dan enkripsi TKIP menggunakan WPA-PSK, ketika beroperasi dalam mode WDS. Namun, modus ini mungkin tidak
kompatibel dengan unit lain yang berjalan saham atau firmware alternatif.
2.8. Masalah
Jaringan Wireless
Sebelum kita membahas masalah
jaringan wireless, terlebih dahulu
kita juga harus mengerti bagaimana proses terjadinya koneksi wireless clients kepada jaringan wireless. Hal ini sangat membantu sekali
dalam kita melakukan troubleshooting.
Pada artikel sebelumnya tentang
cara melakukan troubleshooting jaringan, artikel ini sebenarnya
merupakan kelanjutan dari artikel tersebut, akan tetapi disini akan focus pada masalah
jaringan wireless. Seiring semakin banyaknya pemakai wireless network ini, wireless problems sudah menjadi
sesuatu yang sering dihadapi dan dipertanyakan.
2.9. Proses koneksi wifi
Berikut adalah proses atau langkah terjadinya suatu koneksi wireless yang perlu dipahami yang akan sangat membantu kita
dalam menyelesaikan masalah.
2.
Memilih wireless access points
3.
Proses authentikasi terhadap wireless AP yang dipilih
4.
Proses koneksi terhadap wireless AP
yang dipilih
2.9.1 Scanning
wireless AP
Computer berbasis XP atau Vista yang mempunyai wireless
adapter active yang supports Wireless Auto Configuration, akan selalu
melakukan scanning adanya wireless AP pada jangkauannya setiap 60
sec. Saat scanning, wireless adapter
mengirim sederetan frame Probe Request. Sementara itu wireless AP yg ada pada jangkauan
wireless adapter yg sedang melakukan scanning adanya wireless AP, juga mengirim frame Probe response yang memuat capabilitas wireless AP seperti speed
yang disupport serta opsi2 security lainnya.
Gambar
2.9.1
Topologi
WDS
Kita menganggap komputer
mengalami masalah koneksi wifi jika tidak mendapatkan satupun wireless AP dalam
jangkauan roamingnya.
2.9.2 Memilih suatu wireless AP
Dari frame Probe Response yang
diterima, wireless client memilih wireless AP dimana ia akan mencoba melakukan
authentikasi dan koneksi. Wireless client menggunakan faktor2 berikut saat
menentukan wireless AP yang mana yang harus dipilih:
Capabilitas
wireless AP
Wireless AP memperkenalkancapabilitasnya didalam frame
Probe response. Jika wireless clients tidak mendukung capabilitas yang
diperkenalkan di dalam Probe response tersebut maka wireless client mengalami
masalah jaringan wireless – tidak bisa memilih wireless AP. Misalnya wireless
AP diactivekan security WPA2 sementara wireless clients tidak support WPA2 (wireless device 802.11b/g tidak
support) maka wireless client tidak bisa memilih wireless AP tersebut. kita
menganggapnya ada wireless problems.
Nama jaringan wireless (SSID) cocok dengan
jaringan preferencenya
Windows XP wireless auto configuration memelihara daftar jaringan
wireless yang kita pilih (preferred wireless network). jika nama wireless
network SSID tidak cocok dengan yang ada dalam daftar nama-nama SSID yang ada,
maka default Windows tidak bisa terhubung ke wireless AP. Jika clients wireless
menerima beberapa Probe response yang ada dalam daftar nama SSID, maka client
wireless memilih menurut urutan tertinggi dalam daftar preferred SSID.
Jika nama-nama wireless network
SSID dari frame Probe response yang diterima tidak cocok dengan jaringan dalam
daftar preference, Windows akan memunculkan pesan “One or more wireless
networks are available” atau “Connect to a wireless network”. jika user
mengklik pesan ini, maka user memilih koneksi ke jaringan wireless baru.
Kekuatan
signal
Wireless clients adapter memilih
wireless AP dengan signal terkuat dari daftar nama2 SSID yang ada yang paling
tinggi dalam daftar preference wireless name
2.9.3 Proses authenticasi terhadap
wireless AP yang dipilih
Setelah memilih wireless AP yang
akan dikoneksikan, proses selanjutnya adalah proses authentikasi. Jenis
authentikasi tergantung capabilitas security wireless AP dan bagaimana client
dikonfigure untuk melakukan authentikasi jaringan wireless.
Jika anda menambahkan wireless network dari tab Wireless network pada property wireless connection anda,
maka by default adalah open system authentication dan kemudian IEEE 802.1X.
Jika anda mengkoneksikan lewat dialog box Connect to Wireless Network
atau Choose a wireless network, maka setting authentikasi ditentukan
dari capabilitas frame Probe response wireless AP. Windows XP /Vista dapat
menentukan dari frame probe response apakah menggunakan open system
authentication tanpa encryption, opensystem authentication dengan inkripsi
WEP, authentication WPA-PSK, ataupun authentication
WPA2-PSK. Sering terjadi masalah jika gagal melakukan proses authentikasi ini.
2.9.4 Proses koneksi
terhadap wireless AP yang dipilih
Setelah selesai melakukan proses aythentication, wireless adapter dan
wireless AP saling bertukar serangkaian pesan untuk membentuk suatu koneksi.
2.9.5 Mendapatkan konfigurasi
TCP/IP
Setelah koneksi terbentuk,
wireless client dapat memulai mengirim frame wireless yang mengandung paket
TCP/IP. Jika wireless clients dikonfigurasi untuk menerima IP address
automatis, maka ia akan menggunakan DHCP untuk request suatu konfigurasi IP
address. umumnya wireless AP mempunyai layanan DHCP
server untuk menjawab request wireless
clients untuk konfigurasi IP.
Dengan memahami ke lima proses diatas, akan memudahkan kita dalam melakukan
troublehooting masalah jaringan wireless.
2.10. Masalah umum wireless – masalah
konektivitas
v Paling banyak dalam masalah
wifi adalah sebagai berikut:
v Tidak berhasil melakukan
koneksi wireless
v Koneksi yang intermittent
v Kedua hal inilah yang paling
banyak kita jumpai dalam hal wireless problems.
2.10.1.
Tidak berhasil melakukan koneksi wireless
Yang paling banyak dalam masalah
jaringan wifi adalah tidak berhasilnya melakukan koneksi ke jaringan wireless,
dari proses scanning sampai mendapatkan IP address. Alasan yang paling banyak
dengan wireless problems ini adalah sebagai berikut:
Konfigurasi yang tidak klop / tidak
matching
Wireless auto configuration di enable
sementara tool wireless configuration bawaan dari vendor juga di install
Wireless AP dikonfigurasi dengan
filter MAC
Sumber sinyal interferensi
Sumber sinyal attenuasi / pelemahan
2.10.2.
Konfigurasi yang tidak matching
Beberapa property yang berbeda dari wireless connection haruslah matching antara wireless AP dan wireless
clients sebelum berhasil terbentuknya koneksi. Beberapa masalah jaringan wireless yang menyebabkan tidak matching adalah berikut:
2.11.2 Technology 802.11 yang tidak matching
Ada 3 standard wireless 802.11 yang berbeda saat ini yaitu 802.11b; 802.11g; dan 802.11a. sementara satu lagi masih dalam
draft walau sudah mulai booming yaitu draft
2.0 802.11n. Walau banyak sudah pabrikan yang memproduksi teknologi yang
bisa support beberapa standard dalam satu kemasan, bisa saja terjadi ke tidak
cocokan dalam teknologi ini. Misalkan wireless
AP dengan standard 802.11a tidak
akan bisa terhubung dengan wireless clients dengan standard 802.11b/g. Akibatnya wireless problems akan terjadi.
2.11.3
Methoda authentikasi yang tidak matching
Wireless problems jenis ini yang paling banyak terjadi. Wireless client tidak berhasil melakukan
authentikasi jika antara wireless AP dan wireless clients tidak klop.
Method authentikasi pada jaringan
wireless rumahan meliputi open system,
shared key, WPA-PSK, and WPA2-PSK.
Verifikasi terlebih dahulu method
authentikasi yang dikonfigurasikan pada wireless
AP, dan sesuaikan pada setting yang ada pada wireless client.
2.11.4 Kunci WEP yang tidak matching
Jika menggunakan authenkasi WEP pada standard
device 802.11b/g/n dan menspesifikasikan kunci WEP, adalah sangat mungkin terjadi kesalahan pengetikan atau salah eja. Hal ini akan mengakibatkan wireless problems karena kunci WEP tidak matching. Ketidak sesuaian interpretasi
antara wireless AP dan wireless client ini bakal menghalangi terjadinya
komunikasi – yang akibatnya tidak terbentuk koneksi. Hal ini sering kita jumpai
computer kita hanya mendapatkan IP address APIPA dan menampilkan status
“Limited or no connectivity” pada wireless
connection. Kita pun menganggapnya ada masalah jaringan wireless.
Method
konfigurasi kunci WEP
tergantung pada versi Windows pada wireless client.
Pada Windows XP tanpa di install
service pack, dan harus mengetikkan kunci WEP pada kolom Network Key,
spesifikasikan format pada kunci WEP (baik
character ASCII maupun Hexa), spesifikasikan juga panjang
kuncinya (40bit atau 104 bit pada kolom
Key length).
Ø Untuk Windows XP dengan SP1/SP2, diharuskan menspesifikasikan key WEP dua kali pada Network
Key dan Confirm Network Key.
Format panjang key tidak perlu karena
akan ditentukan secara automatis menurut kunci yang diketikkan. Untuk Windows
dengan SP2 anda harus memilih WEP pada
Data Encryption.
Jika anda menggunakan Wireless Network Setup
Wizard dalam Windows XP SP2, semua devices yg support Windows Connect Now
secara automatic dikonfigure dengan WEP key yang sama.
2.11.5 WEP Key index tidak match
WEP
Key index adalah suatu nomor yang menspesifikasikan WEP key yang mana yang akan dipakai
untuk encryption frame wireless. Kami
bisa menggunakan sampai 4 WEP keys
yang berbeda. Dalam prakteknya hanya ada satu key index yang dipakai, yang sama
dengan kemungkinan WEP key pertama. Wireless
AP dan wireless client keduanya
harus dikonfigurasi mengunakan kemungkinan WEP
key pertama. Jika tidak, maka terjadi masalah jaringan wifi tidak terjadi koneksi.
Menspesifikasikan kemungkinan pertama WEP key tergantung bagaimana wireless client dan wireless AP memulai
penomoran ke empat kemungkinan WEP key.
Misal bisa saja penomoran dimulai dari 1 (1 ~4) atau dimulai dari 0 (0~3).
Pilih kemunkinan pertama WEP key.
Misalnya, Windows XP tanpa service pack memulai penomoran dengan 0,
sementara pada Windows SP1/SP2
memulai pada nomor 1.
2.11.6 Tidak match WPA-PSK atau WPA2-PSK
Jika kami memakai authentikasi WPA-PSK atau WPA2-PSK, kita
harus melakukan konfigurasi nilai preshared
key pada kolom Network key dan Confirm
network key.
Pastikan kedua wireless client dan wireless AP mempunyai nilai preshared key yang sama. Untuk WPA anda harus memilih TKIP pada Data
encryption dan WPA-PSK pada Network Authentication.
Untuk WPA2 dengan Windows XP2, harus
memilih AES pada Data
Encryption dan WPA2-PSK
pada Network
Authentication.
Jika anda menggunakan Wireless Network Setup Wizard dalam Windows XP SP2, semua devices yang support Windows Connect Now secara automatis dikonfigure dengan
nilai WPA preshared key yang sama. Wireless Network Setup Wizard tidak support configurasi dari nilai WPA2 preshared key.
2.12. Wireless auto configuration di enable
sementara tool wireless configuration fihak ketiga juga di install
Windows XP Wireless Auto Configuration memberikan support integrasi pada wireless networking dan membantu
mengautomasi konfigurasi wireless.
Wireless network adapters menyediakan suatu tool wireless network configuration. Jika adapter tersebut support Wireless Auto Configuration,
maka tidak memerlukan lagi software tool
dari vendor adapter tersebut. Untuk mengetahui apakah wireless adapter support
Wireless Auto Configuration, klik kanan wireless connection
dalam folder the Network Connections
dan pilih property. Jika ada tab Wireless
Networks
maka wireless network
adapter support Wireless Auto Configuration.
Untuk menghindari konflik yang bisa membuat masalah jaringan wireless, maka tidak usah di install tool dari vendor ini.
Karena seringnya terjadi masalah saat
konfigurasi dan koneksi jika Wireless
Auto Configuration di-enabled dan
wireless network configuration tool juga di install. Karena dalam hal ini
kedua Wireless Auto Configuration dan
wireless network configuration tool bisa saja mengirim setting kepada wireless network adapter, akibatnya
adalah konfigurasi yang tidak matching –
karenaa akan mengalami masalah.
Makanya untuk menghindari masalah
nantinya gunakan salah satu saja baik Wireless
Auto Configuration atau wireless network configuration tool, jangan
keduanya.
Misal
saja wireless adapter mempunyai tool yang bisa anda gunakan, sementara
tidak support Wireless Auto Configuration,
maka disable saja Wireless Auto
Configuration dan gunakan wireless
network configuration tool. Bagaimana disable Wireless Auto Configuration? Pada Wireless Networks tab pada property wireless
connection dalam Network Connections,
hilangkan contrengan Use Windows to configure my wireless
network settings.
Jika memutuskan untuk menggunakan wireless network configuration tool
bawaan dari vendor, untuk keperluan
setting jangan lagi menggunakan Wireless Networks tab, gunakan tool ini untuk setting seperti wireless
network name (SSID), authentikasi dan encryption.
Jika menggunakan Wireless Auto Configuration, maka remove saja program bawaan dari vendor dari Control Panel-Add or Remove Programs ataupun dari Uninstall program tersebut.
2.12.1 Wireless AP dikonfigurasi dengan fileter
MAC
Wireless
AP memungkinkan kita menspesifikasikan address MAC (media access
control – atau lazim disebut juga
address physical atau address hardware)
tertentu saja yg bisa mengirim frame kepada
wireless AP. Fitur ini disebut
sebagai MAC address filtering yg
dirancang untuk memberikan layer
keamanan extra pada jaringan wireless. Akan tetapi hacker bisa saja dengan mudah
menghalangi keamanan exta ini dengan
cara menangkap frame yang dikirim
dari dan ke wireless client yang
diijinkan dan me-reprogram wireless
adapter dirinya untuk menggunakan valid
MAC address dalam daftar wireless AP.
Jika wireless
adapter tidak terdaftar dalam MAC
address list pada wireless AP,
maka anda mengalami wireless problems
– clients tidak bisa aksess ke wireless AP. Jadi pastikan wireless clients terdaftar dalam list MAC address yang dibolehkan access ke wireless AP.
2.12.2 Sumber
Interferensi Signal
Standard
802.11b/g bekerja pada frequency 2.4 GHz yang sama
dipakai pada perangkat wireless lainnya
seperti cordless phone, microwave,
perangkat keamanan dan monitoring rumah, dan juga camera video wireless.
Sumber interferensi ini sangat mengganggu yang bisa mengakibatkan wireless problems dimana client wi-fi komputer tidak bisa koneksi
ke wireless AP.
Untuk memstikannya, matikan sementara sumber
interferensi ini atau pindahkan wireless
client dan wireless AP jauhan dari sumber interferensi ini, dan lihat
apakah ada perubahan atau masih ada masalah jaringan wireless.
2.12.3
Sumber Pelemahan / Attenuasi Signal
Sumber pelemah / penghalang
signal seperti dinding, atap, lapisan metal
antara wireless clients dan wireless AP dapat menyebabkan gangguan signal wireless, atau hilangnya kekuatan
signal. Pada beberapa kasus bahkan kehilangan signyal sama sekali yang
menyebabkan masalah wifi – tidak bisa
terhubung sama sekali.
2.12.4
Koneksi Yang Intermittent
Dalam beberapa kasus,
banyak terjadi masalah dimana awalnya mendapatkan signal kuat dan tiba-2
terputus tanpa interfensi si user. Paling banyak masalah jarigan wireless ini
disebabkan oleh berikut ini:
Authentikasi
802.1X di enable pada
wireless client sementara pada wireless AP tidak
Duplikat Nama jaringan wireless (SSID)
Sumber interferensi
Sumber attenuasi / pelemahan
Virus komputer
Kerusakan perangkat atau driver yang kadaluarsa / outdated
2.13 802.1X
Authentication di Enabled pada Wireless Client dan tidak pada Wireless AP
802.1X
authentication secara
default adalah enable pada semua
koneksi wireless maupun wired. Pada Windows XP SP1, Microsoft mengubah proses authentikasi untuk
jaringan wireless. Jika 802.1X
authentication di enable dan
proses authentikasi tidak selesai sempurna, maka koneksi akan putus. Hal ini
biasanya terjadi 3 menit setelah koneksi terbentuk menggunakan system authentikasi terbuka.
Untuk memperbaiki hal ini
pada Windows XP SP1, lakukan berikut
ini
Klik Start => Settings kemudian klik Network
Connections.
Pada Network Connections, klik kanna wireless
connection dan kemudian klik Properties.
Klik Wireless
Networks tab
=> dibawah Preferred networks
klik wireless network name, dan kemudian
klik Properties.
Klik tab Authentication,
kemudian kosongkan contrengan Enable IEEE 802.1x authentication
for this network.
Klik OK
dua kali untuk menerima perubahannya.
Prosedur ini umumnya tidak diperlukan
pada komputer yang jalan pada Windows XP tanpa Service pack atau Windows XP dengan SP2. Akan tetapi perlu juga mematikan 802.1X authentication di disable jika menggunakan open system authentication. Prosedur diatas juga berlaku untuk
Windows XP SP2.
Untuk Windows XP tanpa SP, lakukan
berikut ini:
Klik Start => Settings kemudian klik Network
Connections.
Pada Network Connections, klik kanan wireless
connection dan kemudian klik Properties.
Klik Authentication
tab, kemudian kosongkan contrengan Enable network access control using
IEEE 802.1x
Klik OK untuk menyimpannya.
2.14 Duplikat
Nama Jaringan Wireless.
Salah satu alasan koneksi yang intermittent adalah nama jaringan wireless duplikat dengan jaringan wireless lainnya didalam jangkauan wireless clients. Misalkan, dalam kampus
yang berdekatan terdapat dua jaringan wireless
dengan nama SSID yang sama yang
saling overlap. Dalam hal ini semua wireless AP yang memperkenalkan diri
dengan nama SSID yang sama dianggap berasal dari satu jaringan wireless yang sama. Wireless client dari wireless
AP anda bisa saja mengambil jaringan wireless
AP yang lain dengan nama SSID yang sama tadi. Jika wireless client tidak di configure
menurut method authentikasi dan key
dari jaringan wireless yang lain,
maka anda akan mengalami masalah jaringan wireless
yang intermittend sampai wireless client di kembali memilih wireless AP.
Kebanyakan kasus nama duplikat dari
jaringan wireless ini adalah cara
setup jaringan wireless AP dengan
setting default tanpa mengubah nama SSID nya.Pastikan selalu mengubah nama
default dari pabrik agar tidak terjadi kemungkinan nama SSID yang sama dengan
jaringan wireless lain yang tidak mengubah default
namenya.
Untuk memastikan duplicat nama
jaringan yang sama, matikan dulu wireless
AP anda dan periksa apakah wireless
client masih menerima SSID yang sama juga dengan nama jaringan SSID dari wireless AP. Untuk menghindari
masalah jaringan wireless, configure wireless AP dengan nama SSID
yang unik.
2.15 Sumber Sinyal Interferensi
Seperti halnya sinyal interferensi
yang bisa menyebabkan masalah jaringan wireless – kurangnya konektifitas,
sinyal ini juga bisa menyebabkan koneksi yang intermittent. Perangkat seperti microwave oven, cordless phone, system
keamanan dan monitoring rumah, dapat menjadi sumber interferensi yang membuat
masalah.
Untuk memastikan, coba uji dengan
mematikan sementara sumber2 sinyal interferensi tersebut dan lihat apa ada
perubahan atau tidak.
2.15.1 Sumber pelemahan sinyal
Sumber pelemahan signal disamping bisa
mengurangi kekuatan sinyal koneksi, dia bisa juga menyebabkan masalah – koneksi
yang intermittent. Perlu memperhatikan
korelasi terjadinya intermittent dengan sumber pelemahan sinyal ini. Misalnya
saja ada terjadinya intermittent saat ada seseorang yang sedang membuka pintu
garasi yg terbuat dari metal.
2..15.2 Computer Viruses
Beberapa virus komputer diketahui bisa
menyebabkan masalah jaringan wireless –
terjadinya koneksi yang intermittent. Pastikan bahwa computer dilengkapi dengan
antivirus misal McAfee, Norton, atau BitDefender dan diupdate selalu.
2.15.3 Kerusakan
hardware atau software driver yang outdated
Bisa saja tejadi masalah jaringan wifi dikarenakan kerusakan pada wireless AP atau wireless clients pada komputer. kalau anda tidak mempunyai
perangkat backup cadangan agak susah juga mendeteksinya. Yang paling bisa
dilakukan adalah melakukan diagnostic
dari tool bawaan dari vendor perangkat wireless tersebut.
Pastikan Windows mempunyai driver dengan versi terbaru dari wireless adapter. Begitu juga upgrade firmware wireless AP dengan firmware terbaru daru vendor. Beberapa jenis wireless router mempunyai fitur automatis update firmware.
2.16 Model
Referensi OSI (Open System Interconection)
Model referensi OSI merupakan model
kerangka kerja yang diterima secara
global bagi pengembangan standar yang lengkap dan terbuka. Model OSI membantu
menciptakan standar terbuka antar system untuk saling berhubungan dan saling
berkomunikasi terutama dalam bidang teknologi informasi.
Model referensi OSI secara konseptual terbagi ke dalam 7 lapisan dimana
masing-masing lapisan memiliki fungsi jaringan yang spesifik. Model ini
diciptakan berdasarkan sebuah proposal yang dibuat oleh The International Standards Organization (ISO) sebagai langkah awal
menuju standarisasi protokol Internasional yang digunakan pada berbagai Layer .
Model OSI memiliki tujuh Layer.
Prinsip-prinsip yang digunakan bagi ketujuh Layer tersebut adalah :
a. Sebuah Layer harus dibuat bila diperlukan
tingkat abstraksi yang berbeda.
b. Setiap Layer harus memiliki fungsi-fungsi
tertentu.
c. Fungsi setiap Layer harus dipilih
dengan teliti sesuai dengan ketentuan standar protocol internasional.
d. Batas-batas Layer
diusahakan agar meminimalkan aliran informasi yang melewati interface.
e. Jumlah Layer harus cukup banyak,
sehingga fungsi-fungsi yang berbeda tidak
perlu disatukan dalam satu Layer diluar keperluannya.
Akan tetapi jumlah Layer juga harus
diusahakan sesedikit mungkin sehingga arsitektur jaringan tidak menjadi sulit
dipakai , Model referensi OSI secara
konseptual terbagi ke dalam 7 lapisan dimana masing-masing lapisan memiliki
fungsi jaringan yang spesifik, seperti yang dijelaskan berikut ini :
1. Physical Layer
Physical
Layer berfungsi dalam
pengiriman raw bit ke channel
komunikasi. Masalah desain yang harus diperhatikan disini adalah memastikan
bahwa bila satu sisi mengirim data 1 bit, data tersebut harus diterima oleh
sisi lainnya sebagai 1 bit juga, dan bukan 0 bit. Secara umum masalah-masalah
desain yang ditemukan di sini berhubungan secara mekanik, elektrik dan interface prosedural, dan media fisik
yang berada di bawah lapisan fisik.
2. Data link Layer
Tugas utama data link Layer adalah sebagai fasilitas transmisi raw data dan mentransformasi data tersebut ke saluran
yang bebas dari kesalahan transmisi. Sebelum diteruskan ke Network Layer, data link
Layer melaksanakan tugas ini dengan memungkinkan pengirim memecag-mecah
data input menjadi sejumlah data frame
(biasanya berjumlah ratusan atau ribuan byte).
Kemudian data link Layer
mentransmisikan frame tersebut secara
berurutan, dan memproses acknowledgement
frame yang dikirim kembali oleh penerima.
Masalah-masalah lainnya yang timbul
pada data link Layer (dan juga sebagian
besar Layer-Layer di atasnya) adalah
mengusahakan kelancaran proses pengiriman data dari pengirim yang cepat ke
penerima yang lambat. Mekanisme pengaturan lalu-lintas data harus memungkinkan
pengirim mengetahui jumlah ruang buffer yang dimiliki penerima pada suatu saat
tertentu.
3.
Network Layer
Network
Layer berfungsi untuk
pengendalian operasi subnet. Masalah desain yang penting adalah bagaimana
caranya menentukan route pengiriman paket dari sumber ke tujuannya. Bila pada
saat yang sama dalam sebuah subnet terdapat terlalu banyak paket, maka ada
kemungkinan paket-paket tersebut tiba pada saat yang bersamaan. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya bottleneck. Pengendalian kemacetan seperti itu juga
merupakan tugas Network Layer.
memungkinkan jaringan-jaringan yang berbeda seperti protocol yang berbeda, pengalamatan dan Arsitektur jaringan yang
ber beda untuk saling terinterkoneksi.
Spanning Tree Protocol Pondasi infrastructure jaringan dalam membangun suatu infrastructure
jaringan, kita membangun pondasi infrastructure logis (seperti layanan directory dari system windows server 2003,
domain name system) dan juga infrastructure fisik (seperti domain controller, piranti jaringan
seperti router dan switch). Switch
adalah piranti jaringan yang paling banyak dipakai dalam suatu infrastructure
jaringan fisik.
Gambar
2.14.1
Local area network memberikan fungsi pengiriman data melalui berbagai jenis jaringan fisik.
Local area network beroperasi pada layer 1 (layer
physical) dan 2 (layer data link)
dalam model referensi OSI yang bekerja secara sinergi untuk melaksanakan tugas
terbentuknya komunikasi data dengan design yang bagus dari environment jaringan.
4.Transport Layer
Fungsi dasar transport Layer adalah menerima data dari session Layer, memecah data menjadi bagian-bagian yang lebih kecil
bila perlu, meneruskan data ke Network
Layer, dan menjamin bahwa semua potongan data tersebut bisa tiba di sisi
lainnya dengan benar. Selain itu, semua hal tersebut harus dilaksanakan secara
efisien, dan bertujuan dapat melindungi Layer-Layer
bagian atas dari perubahan teknologi hardware
yang tidak dapat dihindari.
5.
Session Layer
Session Layer mengijinkan para
pengguna untuk menetapkan session dengan pengguna lainnya. Sebuah session
selain memungkinkan transport data biasa, seperti yang dilakukan oleh transport
Layer, juga menyediakan layanan yang istimewa untuk aplikasi-aplikasi tertentu.
Sebuah session digunakan untuk memungkinkan seseorang pengguna log ke remote timesharing
system atau untuk memindahkan file dari satu mesin kemesin lainnya.
6. Presentation Layer
Pressentation
Layer melakukan
fungsi-fungsi tertentu yang diminta untuk menjamin penemuan sebuah penyelesaian
umum bagi masalah tertentu. Pressentation
Layer tidak mengijinkan pengguna untuk menyelesaikan sendiri suatu masalah.
presentation Layer memperhatikan syntax dan semantik informasi yang
dikirimkan contoh layanan pressentation
adalah encoding data.
7. Application Layer
Application
Layer memiliki fungsi
untuk menentukan terminal virtual jaringan abstrak, serhingga editor dan
program-program lainnya dapat ditulis agar saling bersesuaian. Untuk menangani
setiap jenis terminal, satu bagian software harus ditulis untuk memetakan
fungsi terminal virtual jaringan ke terminal sebenarnya. Fungsi Application Layer lainnya adalah
pemindahan file. Sistem file yang satu dengan yang lainnya memiliki konvensi
penamaan yang berbeda, cara menyatakan baris-baris teks yang berbeda, dan
sebagainya. Perpindahan file dari sebuah sistem ke sistem lainnya yang berbeda
memerlukan penanganan untuk mengatasi adanya ketidak-kompatibelan ini. Tugas appication Layer, seperti pada surat
elektronik, remote job entry, directory
lookup, dan berbagai fasilitas bertujuan umum dan fasilitas bertujuan
khusus lainnya.
2.17 Channel dan inkripsi
yang sama
Semua base station dalam Wireless Distribution System (WDS) harus
dikonfigure menggunakan channel radio yang sama, methoda inkripsi (tanpa inkripsi,
WEP, atau
WAP) dan juga kunci inkripsi yang sama. Mereka bisa dikonfigure dengan
menggunakan SSID (service set identifiers)
yang berbeda sebagai identitas. Wireless
Distribution System (WDS) juga mengharuskan setiap base station untuk bisa
melewatkan kepada lainnya didalam system.
Wireless Distribution System (WDS) bisa juga direferensikan sebagai
mode repeater karena dia bisa tampak
sebagai Bridge dan juga menerima wireless clients pada saat bersamaan (tidak
seperti system bridge tradisional).
Tetapi perlu juga diperhatikan bahwa throughput dalam metoda ini adalah menjadi
setengahnya untuk semua clients yang terhubung secara wireless.
2.18 Mode koneksi
Wireless
Distribution System (WDS) bisa digunakan dalam dua jenis mode konekstivitas
antar Access point
Wireless Bridging dimana komunikasi access points
Wireless Distribution System hanya satu dengan lainnya (antar AP) dan tidak
membolehkan wireless clients lainnya
atau Station(STA) untuk mengaksesnya.
Wireless repeater dimana access point
berkomunikasi satu sama lain dan juga dengan wireless Station (STA)
2.19 Kerugian WDS
Ada dua kerugian dalam system Wireless Distribution System (WDS)
ini:
·
Troughput efektif maksimum adalah
terbagi dua setelah transmisi pertama (hop) dibuat. Misalkan, dalam kasus dua router dihubungkan system Wireless Distribution System (WDS), dan komunikasi terjadi
antara satu komputer yang terhubung ke router
A dengan sebuah laptop yang terhubung secara wireless dengan salah satu access point di router B, maka troughputnya adalah separuhnya, karena router B harus re-transmit informasi
selama komunikasi antara dua belah sisi. Akan tetapi jika sebuah komputer
dikoneksikan ke router A dan notebook
di koneksi kan ke router B (tanpa
melalui koneksi wireless), maka troughput
tidak terbelah dua karena tidak ada re-transmit informasi.
2.20 Tidak support dynamic inkripsi
Kunci inkripsi yang secara dinamis di
berikan dan dirotasi biasanya tidak disupport dalam koneksi Wireless Distribution System (WDS). Ini
berarti dynamic inkripsi WPA (Wi-Fi
Protected Access) dan technology
dynamic key lainnya dalam banyak kasus tidak dapat digunakan, walaupun WPA
menggunakan pre-shared key adalah memungkinkan. Hal ini dikarenakan kurangnya
standarisasi dalam issue ini, yang mungkin saja di selesaikan dengan standard 802.11s mendatang. Sebagai
akibatnya cukuplah kunci static WEP dan WPA yang bisa digunakan dalam koneksi Wireless Distribution System, termasuk
segala station yang difungsikan sebagai access
point WDS repeater. Akan tetapi sekarang ini sudah banyak vendor yang telah engadopsi standard 802.11i dalam produk access point mereka sehingga WPA
/ WPA2 adalah standard keamanan koneksi mereka (setidaknya yang mereka
claim).
Gambar dibawa
ini adalah access point yang
dihubungkan dengan WDS Link
point-to-point.
Dengan Wireless Distribution System, WDS ini bisa membangun infrastrucktur
wireless tanpa harus membangun backbone kabel jaringan sebagai interkoneksi
antar bridge. Wireless Distribution
System fitur memungkinkan kita membuat jaringan-2 wireless yang besar
dengan cara membuat link beberapa wireless
access point dengan WDS Links.
Wireless Distribution System normalnya digunakan untuk membangun jaringan
yang besar dimana menarik kabel jaringan adalah tidak memungkinkan, alias
mahal, terbatas, atau secara fisik tidak memungkinkan untuk ditarik.
Gambar
diatas ini adalah contoh konfigurasi WDS Link yang menghubungkan Point to multi
point WDS Link.
\
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat
dan Waktu Penelitian
3.1.1 Tempat
Penelitian Kantor Bupati Yalimo Kabupaten
Yalimo Propinsi
Papua
3.1.2 Waktu
Penelitian Selambat-lambat selama 3
(tiga) bulan yaitu Januari
sampai Maret 2016.
3.2
Alat yang digunakan
Peralatan penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:
a)
Sebuah komputer untuk
konfigurasi Server
b)
Sebuah Modem
c)
Access
Point 4 Buah
d)
Kabel jaringan secukupnya.
3.3
Metode Pengumpulan data
Adapun cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data informasi yang digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Interview/Wawancara
Penulis melakukan
wawancara atau tanya jawab secara langsung
dengan pihak – pihak yang menjadi
sumber informasi.
2. Observasi
Penulis melakukan
pengamatan terhadap semua kegiatan yang dilakukan
selama penelitian.
3. Library Research/Kepustakaan
Penulis melakukan
studi pustaka terhadap semua sumber informasi dalam media cetak, baik itu buku – buku atau modul dari
mata kuliah yang telah didapatkan, dan pemanfaatan media internet.
4. Konfigurasi Jaringan dan Pengujian
Penulis melakukan
konfigurasi sesuai dengan rencana penelitian, setelah dilakukan konfigurasi
selanjutnya penulis melakukan pengujian kualitas internet terhadap kualitas
sinyal dari jaringan yang dibuat
3.4 Gambaran Umum Jaringan Yang
Akan dibuat
Gambar 3.1 Topologi Jaringa
No
|
JenisKegiatan
|
Bulan
|
|||||||||||||||||||||||
Oktober
|
November
|
Desember
|
Januari
|
Februari
|
|||||||||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||||||
1.
|
Pengajuan Judul Tugas Akhir
|
||||||||||||||||||||||||
2.
|
Pengajuan Proposal Tugas Akhir
|
||||||||||||||||||||||||
3.
|
Melakukan Survei
|
||||||||||||||||||||||||
4.
|
Penyusunan Tugas Akhir
|
||||||||||||||||||||||||
- Bab
I
Pendahuluan
|
|||||||||||||||||||||||||
- Bab
II
Landasan Teori
|
|||||||||||||||||||||||||
- Bab
III
Menganalisa Data
|
|||||||||||||||||||||||||
- Bab
IV
Perancangan Sistem Usulan
|
|||||||||||||||||||||||||
- Bab
V
Kesimpulan dan Saran
|
|||||||||||||||||||||||||
5.
|
Konfigurasi
|
||||||||||||||||||||||||
6.
|
Pengujian
|
||||||||||||||||||||||||
3.5. Jadwal Kegiatan