RINGKASAN FILSAFAT ILMU ILMU ALAMIAH DASAR
RINGKASAN FILSAFAT ILMU
ILMU ALAMIAH DASAR
PENGERTIAN FILSAFAT
Filsafat
adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep
dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai
suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu
secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan
segala hubungan.
PENGERTIAN PENGETAHUAN
Pengetahuan
adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang.
Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep,
teori, prinsip danprosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau
berguna.
PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN .
Pengertian ilmu pengetahuan adalah sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan kedalam bahasa yang bisa dimengerti oleh manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan mengingat tentang sesuatu.
Persamaan Dan Perbedaan Antara
Filsafat, Ilmu dan Ilmu Pengetahuan
Untuk melihat hubungan antara ilmu, filsafat dan ilmu pengetahuan, mari kita lihat dibawah ini yang akan menunjukan persamaan dan perbedaan antara filsafat, ilmu dan ilmu pengetahuan
Perbedaan:
Ilmu
Untuk melihat hubungan antara ilmu, filsafat dan ilmu pengetahuan, mari kita lihat dibawah ini yang akan menunjukan persamaan dan perbedaan antara filsafat, ilmu dan ilmu pengetahuan
Perbedaan:
Ilmu
- Segi-segi yang dipelajari dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti.
- Obyek penelitian yang terbatas.
- Tidak menilai obyek dari suatu sistem nilai tertentu.
- Bertugas memberikan jawaban.
Filsafat
- Mencoba merumuskan pertanyaan atas jawaban. Mencari prinsip-prinsip umum,
- tidak membatasi segi pandangannya bahkan cenderung memandang segala sesuatu secara umum dan Keseluruhan yang ada.
- Menilai obyek renungan dengan suatu makna, misalkan , religi, kesusilaan, keadilan dsb.
- Bertugas mengintegrasikan ilmu-ilmu.
Ilmu Pengetahuan
- Ilmu pengetahuan adalah penguasaan lingkungan hidup manusia.
- Ilmu pengetahuan adalah kajian tentang dunia material.
- Ilmu pengetahuan adalah kajian tentang dunia material.
- Ilmu pengetahuan adalah definisi eksperimental.
- Ilmu pengetahuan dapat sampai pada kebenaran melalui kesimpulan logis dari pengamatan empiris.
Persamaan:
- Ketiganya hendak memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan.
- Ketiganya mempunyai metode dan sitem.
- Ketiganya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki objek selengkap-lengkapnya sampai keakar-akarnya.
- Ketiganya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukan sebab-sebanya.Segi-segi yang dipelajari dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti.
PENGERTIAN DAN CONTOH-CONTOH MITOS DI INDONESIA
Dalam melacak sejarah tradisi masyarakat Indonesia sebelum mengenal tulisan salah satunya adalah dari cerita-cerita Mitos. Disini kita akan membahas tentang apa itu Mitos, Pengertian Mitos dan agar lebih mudah memahami tentang Mitos kita juga akan memberikan contoh-contoh Mitos dari Indonesia.
PENGERTIAN MITOS
Mitos atau mite (myth) adalah cerita prosa rakyat yang ditokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain (kahyangan) pada masa lampau dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya. Mitos juga disebut Mitologi, yang kadang diartikan Mitologi adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan bertalian dengan terjadinya tempat, alam semesta, para dewa, adat istiadat, dan konsep dongeng suci. Jadi, mitos adalah cerita tentang asal-usul alam semesta, manusia, atau bangsa yang diungkapkan dengan cara-cara gaib dan mengandung arti yang dalam. Mitos juga mengisahkan petualangan para dewa, kisah percintaan mereka, kisah perang mereka dan sebagainya.
CONTOH-CONTOH MITOS
begitu banyak contoh-contoh mitos yang ada di dindonesia. karena kita tahu sendiri bahwa memang Mitos sangat berhubungan dengan terjadinya tempat, alam semesta, para dewa, adat istiadat, dan konsep dongen suci. ini adalah beberapa contoh Mitos yang ada di Indonesia.
1. Cerita terjadinya mado-mado atau marga di Nias (Sumatra Utara)
2. Cerita barong di Bali.
3. Cerita pemindahan Gunung Suci Mahameru di India oleh para dewa ke Gunung Semeru yang dianggap suci oleh orang Jawa dan Bali.
4. Cerita Nyai Roro Kidul (Ratu Laut Selatan)
5. Cerita Joko Tarub
6. Cerita Dewi Nawangwulan
7. Dan lain sebagainya
Cerita mitologi yang paling luas persebarannya hampir di seluruh Asia Tenggara adalah mitologi Dewi Padi atau Dewi Sri. Yaitu cerita tentang asal usul beras yang dikaitkan dengan cerita Dewi Sri. Hampir seluruh daerah di Indonesia, mitologi tentang beras selalu dikaitkan dengan cerita Dewi Sri. Walaupun tema ceritanya sama, yaitu Dewi Sri, tetapi setiap daerah memiliki cerita yang berbeda tentang tokoh Dewi Sri ini. Baiklah, berikut ini akan sedikit disampaikan cerita tentang Dewi Sri dengan versi cerita yang berbeda. Menurut versi di daerah Surabaya, Dewi Sri adalah seorang putri dari Kerajaan Purwacarita. Ia mempunyai seorang saudara laki-laki yang bernama Sadana. Pada suatu hari selagi tidur, kedua anak raja itu disihir oleh ibu tiri mereka. Sadana diubah menjadi seekor burung layang-layang, dan Sri diubah menjadi ular sawah. Dengan demikian, Sri menjadi dewi padi dan kesuburan.
Ada pula daerah lain, memili versi yang berbeda tentang cerita Dewi Sri. Menurut ceritanya, padi berasal dari jenazah Dewi Sri, istri Dewa Wisnu. Selain padi masih ada tanaman-tanaman lainnya, yang juga berasal dari jenazah Dewi Sri. Dari tubuhnya tumbuh pohon aren, dari kepalanya tumbuh pohon kelapa, dari kedua tangannya tumbuh pohon buah-buahan, dan dari kedua kakinya tumbuh tanaman akar-akaran seperti ubi jalar dan ubi talas. Dewi Sri meninggal karena dirongrong terus-menerus oleh raksasa yang bernama Kala Gumarang. Raksasa ini wataknya sangat keras hati, sehingga setelah meninggal ia masih berkesempatan untuk menjelma menjadi rumput liar, yang selalu mengganggu tanaman padi (jelmaan Dewi Sri), yang menjadi kecintaannya itu.
Dari contoh mitologi tentang Dewi Sri tersebut, menunjukkan bagaimana masyarakat pada masa sebelum tulisan menjelaskan tentang asal usul padi sebagai suatu bentuk kejadian alam. Kita tidak bisa melacak dengan menggunakan sumber-sumber tertulis, sebab tidak ditemukan sumber-sumbernya. Yang kita temukan adalah suatu cerita rakyat tentang Dewi Sri dalam bentuk tradisi lisan. Cerita ini sudah mengalami pewarisan dari generasi ke generasi. Bahkan sampai sekarang di beberapa daerah, tokoh Dewi Sri dianggap sebagai dewi
PENGERTIAN LEGENDA
Legenda (bahasa Latin: legere) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang mempunyai cerita
sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu, legenda sering kali dianggap sebagai "sejarah" kolektif (folk history). Walaupun demikian, karena tidak tertulis, maka kisah tersebut telah mengalami distorsi sehingga sering kali jauh berbeda dengan kisah aslinya. Oleh karena itu, jika legenda hendak dipergunakan sebagai bahan untuk merekonstruksi sejarah, maka legenda harus dibersihkan terlebih dahulu bagian-bagiannya dari yang mengandung sifat-sifatfolklor
Menurut Buku Sari Kata Bahasa Indonesia, Legenda adalah cerita rakyat jaman dahulu berkaitan dengan peristiwa dan asal-usul terjadinya suatu tempat. Contohnya: Sangkuriang dan Batu Menangis
Menurut Pudentia legenda adalah cerita yang dipercaya oleh beberapa penduduk setempat benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci atau sakral yang juga membedakannya dengan mite. Dalam KBBI 2005, legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah. Menurut Emeislegenda adalah cerita kuno yang setengah berdasarkan sejarah dan yang setengah lagi berdasarkan angan-angan. Menurut William R. Bascom legenda adalah cerita yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Menurut Hooykaas, legenda adalah dongeng tentang hal-hal yang berdasarkan sejarah yang mengandung sesuatu hal yang ajaib atau kejadian yang menandakan kesaktian.
1.
HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT DAN GEREJA
Manusia
adalah makhluk Tuhan yang diberi potensi akal dan hati. Manusia pun diberi oleh
Allah beberapa pengetahuan (Ar-Rahman: 3). Dalam sejarah pun dicatat
perkembangan pengetahuan manusia mulai dari filsafat sampai pada ilmu
pengetahuan. Pada zaman Yunani Kuno yang ditandai dengan perubahan pola pikir
manusia dari mitosentris menjadi logosentris. Manusia tidak lagi berpikir mitos
terhadap gejala alam, tetapi mulai berpikir itu sebagai kausalitas. Sehingga,
manusia pada waktu itu tidak pasif, melainkan proaktif dankreatif, sehingga
alam dijadikan objek penelitian dan pengkajian. Pengetahuan manusia pun
berkembang dari masa ke masa. Mulai dari masa Yunani Kuno (700 SM), masa Islam
klasik, masa kejayaan Islam, masa Renaisans (abad ke 15-16), masa modern (abad
17-19), dan zaman kontemporer (abad ke 20). Zaman kontemporer ditandai dengan
perkembangan ilmu dan teknologi tinggi, Perkembangan ilmu dan teknologi yang
semula untuk mempermudah pekerjaan manusia, tetapi kenyataannya teknologi telah
menimbulkan keresahan dan ketakutan baru bagi kehidupan manusia. Sebagai contoh
adanya penemuan televisi, komputer, handphone telah mengakibatkan kita terlena
dengan dunia layar. Sehingga, kamunikasi sosial kita dengan keluarga dan masyarakat
sering terabaikan. Begitu pun dengan adanya bioteknologi yang merancang adanya
bayi kloning, mengakibatkan keresahan berbagai kalangan, seperti agamawan dan
ahli etika.
Dalam
dunia filsafat pun melahirkan berbagai
pemikiran-pemikiran tentang hal-hal yang metafisik, seperti berfilsafat tentang
tuhan. Dimana tuhan dijadikan objek berpikir filsafat, sehingga pada masa pasca
khulafaur Rasyidin muncul beberapa aliran teologi.
Kenyataan
di atas membuat paradigma di sebagian masyarakat, bahwa antara filsafat, ilmu,
dan agama itu bertentangan. Benarkah demikian? Padahal dalam agama kita
(Islam), terdapat ajaran-ajaran tentang pentingnya berpikir dan menuntut ilmu.
Sehingga dalam beberapa ayat Allah memuji orang-orang yang mampu berpikir
dengan benar (ulil albab) dan meninggikan derajat orang-orang beriman lagi
berilmu (al-Mujadalah: 9). Hal inilah yang menjadi latar belakang penulisan
makalah yang berjudul ”Relevansi Agama, Ilmu, dan Filsafat.
A. PENGERTIAN DAN OBJEK KAJIAN AGAMA
Agama
memang tidak mudah diberi definisi, karena agama mengambil berbagai bentuk
sesuai dengan pengalaman pribadi masing-masing. Meskipun tidak terdapat
definisi yang universal, namun dapat disimpulkan bahwa sepanjang sejarah
manusia telah menunjukkan rasa "suci", dan agama termasuk dalam
kategori "hal yang suci". Kemajuan spiritual manusia dapat diukur
dengan tingginya nilai yang tidak terbatas yang diberikan kepada obyek yang
disembah. Hubungan manusia dengan "yang suci" menimbulkan kewajiban,
baik untuk melaksanakan maupun meninggalkan sesuatu.
Tidak
mudah bagi kita untuk menentukan pengertian agama, karena sikap terhadap agama
bersifat batiniah, subjektif, dan individualistis, walaupun nilai-nilai yang
dimiliki oleh agama bersifat universal. Kalau kita membicarakan agama, maka
kita akan dipengaruhi oleh pandangan agama yang kita anut sendiri (Sadulloh,
2007: 49). Istilah agama memiliki pengertian yang sama dengan istilah religion
dalam bahasa Inggris. Bozman (Anshari, 1979) mengemukakan bahwa agama dalam
arti luas merupakan suatu penerimaan terhadap aturan-aturan dari suatu kekuatan
yang lebih tinggi, dengan jalan melakukan hubungan yang harmonis dengan
realitas yang lebih agung dari dirinya sendiri, yang memerintahkan untuk
mengadakan kebaktian, pengabdian, dan pelayanan yang setia.
Religi
berasal dari kata religie (bahasa Belanda) atau religion (bahasa Inggris),
masuk dalam perbendaharaan bahasa Indonesia dibawa oleh orang-orang Barat yang
menjajah bangsa Indonesia. Religi mempunyai pengertian sebagai keyakinan akan
adanya kekuatan gaib yang suci, menentukan jalan hidup dan mempengaruhi
kehidupan manusia yang dihadapi secara hati-hati dan diikuti jalan dan aturan
serta norma-normanya dengan ketat agar tidak sampai menyimpang atau lepas dari
kehendak jalan yang telah ditetapkan oleh kekuatan gaib suci tersebut.
Secara
terminologi dalam ensiklopedi Nasional Indonesia, agama diartikan aturan atau
tata cara hidup manusia dengan hubungannya dengan tuhan dan sesamanya. Dalam
al-Qur’an agama sering disebut dengan istilah din. Istilah ini merupakan
istilah bawaan dari ajaran Islam sehingga mempunyai kandungan makna yang
bersifat umum dan universal. Artinya konsep yang ada pada istilah din
seharusnya mencakup makna-makna yang ada pada istilah agama dan religi.
Konsep
din dalam Al-Qur’an di antaranya terdapat pada surat Al-Maidah ayat 3 yang
mengungkapkan konsep aturan, hukum atau perundang-undangan hidup yang harus
dilaksanakan oleh manusia. Islam sebagai agama namun tidak semua agama itu
Islam. Surat Al-Kafirun ayat 1-6 mengungkapkan tentang konsep ibadah manusia
dan kepada siapa ibadah itu diperuntukkan. Dalam surat As-Syura ayat 13
mengungkapkan din sebagai sesuatu yang disyariatkan oleh Allah. Dalam surat
As-Syura ayat 21 Din juga dikatakan sebagai sesuatu yang disyariatkan oleh yang
dianggap Tuhan atau yang dipertuhankan selain Allah. Karena din dalam ayat
tersebut adalah sesuatu yang disyariatkan, maka konsep din berkaitan dengan
konsep syariat. Konsep syariat pada dasarnya adalah “jalan” yaitu jalan hidup
manusia yang ditetapkan oleh Allah. Pengertian ini berkembang menjadi aturan
atau undang-undang yang mengatur jalan kehidupan sebagaimana ditetapkan oleh
Tuhan. Pada ayat lain, yakni di surat Ar-Rum ayat 30, konsep agama juga
berkaitan dengan konsep fitrah, yaitu konsep yang berhubungan dengan penciptaan
manusia.
Di
dalam setiap agama, paling tidak ditemukan empat ciri khas. Pertama, aspek
kredial, yaitu ajaran tentang doktrin-doktrin ketuhanan yang harus diyakini.
Kedua, aspek ritual, yaitu ajaran tentang tata-cara berhubungan dengan Tuhan,
untuk meminta perlindungan dan pertolongan-Nya atau untuk menunjukkan kesetiaan
dan penghambaan. Ketiga, aspek moral, yaitu ajaran tentang aturan berperilaku
dan bertindak yang benar dan baik bagi inidividu dalam kehidupan. Keempat,
aspek sosial, yaitu ajaran tentang aturan hidup bermasyarakat. (TIM Dosen PAI
MKDU UPI, 2008: 12)
Agama-agama
yang tumbuh dan berkembang di muka bumi, sesuai dengan asalnya, dapat
dikelompokkan menjadi dua. Pertama, agama samawi (agama langit), yaitu agama
yang dibangun berdasarkan wahyu Allah. Kedua, agama ardli (agama bumi), yaitu
agama yang dibangun berdasarkan kreasi manusia. Adapun objek kajian agama
adalah firman Tuhan dalam hal ini wahyu atau yang diyakini sebagai kitab suci
atau pedoman hidup. Mempelajari tentang konsep Tuhan, manusia, dan segala penomena
di alam semesta ini baik fisik atau metafisik.
B. PENGERTIAN DAN OBJEK FILSAFAT
Apakah
filsafat itu? bagaimana definisinya? demikianlah pertanyaan pertama yang kita
hadapi tatkala akan mempelajari ilmu filsafat. Istilah “filsafat” dapat
ditinjau dari dua segi, yakni:
a. Segi Semantik
Perkataan
filsafat berasal dari bahasa Arab ‘falsafah’,(nasution, 1779: 9) yang berasal
dari bahasa Yunani, ‘philosophia’, yang berarti ‘philos’ yaitu cinta, suka
(loving), dan ’sophia’ yaitu pengetahuan, hikmah/wisdom. Jadi ‘philosophia’
berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya,
setiap orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada
pengetahuan disebut ‘philosopher’,
b. Segi Praktis
Dilihat
dari pengertian praktisnya, filsafat berarti ‘alam pikiran’ atau ‘alam
berpikir’. Berfilsafat artinya berpikir (Hasyimsyah, 1998: 1). Namun tidak
semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam
dan sungguh-sungguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa “setiap manusia adalah
filsuf”. Semboyan ini benar juga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapi
secara umum semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir
adalah filsuf. Filsuf hanyalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu
dengan sungguh-sungguh dan mendalam. Tegasnya filsafat adalah hasil akal
seorang manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya.
Dengan kata lain filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh
hakikat kebenaran segala sesuatu secara sistematis, radikal, dan universal.
SEJARAH MUNCULNYA SEKULERISASI ANTARA ILMU DAN AGAMA
A. Sejarah Munculnya Sekulerisasi
Antara Ilmu dan Agama
Pencerahan
di barat diawali dengan pergulatan antara para ilmuan di satu pihak dan gereja
di pihak lain. Para ilmuan beranggapan bahwa ilmu tidak mungkin dapat
dikompromikan dengan agama. Pergulatan ini pada akhirnya dimenangkan oleh para
ilmuan. Inilah awal dari proses sekulerisasi Barat. Ilmu pengetahuan sama
sekali terlepas dari nilai-nilai ketuhanan. Bahkan mereka cenderung mentuhankan
pengetahuan itu sendiri, sehingga ilmu pengetauan dianggap sebagai solusi atas
segala problematika yang dihadapi umat manusia. Lebih parah lagi, ilmu
pengetahuan dianggap lepas dari manusia sehinga eksistensi manusi hanyalah
sebagai pion pengetahuan.
Sayangnya
pemahaman mengenai sekulerisasi ilmu pengetahuan, bahwa pengetahuan sama sekali
tidak ada kaitannya dengan agama merembet ke dunia Islam. Muncul kesan bahwa
untuk dapat mengejar ketertinggalan harus meniru metodologi barat meskipun itu
bertentangan dengan nilai dan norma Islam. Maka mengembalikan metodologi
keilmuan sebagaimana yang digariskan oleh Islam menjadi suatu keharusan.
B. Relevansi Filsafat, Ilmu dan
Agama
Sudah
diuraikan di atas bahwa yang dicari oleh filsafat adalah kebenaran. Demikian
pula ilmu. Agama juga mengajarkan kebenaran. Kebenaran dalam filsafat dan ilmu
adalah "kebenaran akal", sedangkan kebenaran menurut agama adalah
"kebenaran wahyu". Kita tidak akan berusaha mencari mana yang benar
atau lebih benar di antara ketiganya, akan tetapi kita akan melihat apakah
ketiganya dapat hidup berdampingan secara damai. Meskipun filsafat dan ilmu
mencari kebenaran dengan akal, hasil yang diperoleh baik oleh filsafat maupun
ilmu juga bermacam-macam. Hal ini dapat dilihat pada aliran yang berbeda-beda,
baik di dalam filsafat maupun di dalam ilmu. Demikian pula terdapat bermacam-macam
agama yang masing-masing mengajarkan kebenaran. Bagaimana mencari hubungan
antara ilmu, filsafat dan agama akan diperlihatkan sebagai berikut:
Perhatikan
ilustrasi ini. Jika seseorang melihat sesuatu kemudian mengatakan tentang
sesuatu tersebut, dikatakan ia telah mempunyai pengetahuan mengenai sesuatu.
Pengetahuan adalah sesuatu yang tergambar di dalam pikiran kita. Misalnya, ia
melihat manusia, kemudian mengatakan itu adalah manusia. Ini berarti ia telah
mempunyai pengetahuan tentang manusia. Jika ia meneruskan bertanya lebih lanjut
mengenai pengetahuan tentang manusia, misalnya: dari mana asalnya, bagaimana
susunannya, ke mana tujuannya, dan sebagainya, akan diperoleh jawaban yang
lebih terperinci mengenai manusia tersebut. Jika titik beratnya ditekankan
kepada susunan tubuh manusia, jawabannya akan berupa ilmu tentang manusia
dilihat dari susunan tubuhnya atau antropologi fisik. Jika ditekankan pada
hasil karya manusia atau kebudayaannnya, jawabannya akan berupa ilmu manusia
dilihat dari kebudayaannya atau antropologi budaya. Jika ditekankan pada
hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya, jawabannya akan
berupa ilmu manusia dilihat dari hubungan sosialnya atau antropologi sosial.
Dari
contoh di atas nampak bahwa pengetahuan yang telah disusun atau disistematisasi
lebih lanjut dan telah dibuktikan serta diakui kebenarannya adalah ilmu. Dalam
hal di atas, ilmu tentang manusia. Selanjutnya, jika seseorang masih bertanya
terus mengenai apa manusia itu atau apa hakikat manusia itu, maka jawabannya
akan berupa suatu "filsafat". Dalam hal ini yang dikemukakan bukan
lagi susunan tubuhnya, kebudayaannya dan hubungannya dengan sesama manusia,
akan tetapi hakikat manusia yang ada di balik tubuh, kebudayaan dan hubungan
tadi. Alm. Anton Bakker, dosen Fakultas Filsafat Universitas Gajah Mada
menggunakan istilah "antropologi metafisik" untuk memberi nama kepada
macam filsafat ini. Jawaban yang dikemukan bermacam-macam antara lain:
Monisme,
yang berpendapat manusia terdiri dari satu asas. Jenis asas ini juga
bermacam-macam, misalnya jiwa, materi, atom, dan sebagainya. Hal ini
menimbulkan aliran spiritualisme, materialisme, atomisme.
Dualisme,
yang mengajarkan bahwa manusia terdiri atas dua asas yang masing-masing tidak
berhubungan satu sama lain, misalnya jiwa-raga. Antara jiwa dan raga tidak
terdapat hubungan.
Triadisme,
yang mengajarkan bahwa manusia terdiri atas tiga asas, misalnya badan, jiwa dan
roh.
Pluralisme,
yang mengajarkan bahwa manusia terdiri dari banyak asas, misalnya api, udara,
air dan tanah.
Di
samping itu, ada beberapa pernyataan mengenai manusia yang dapat digolongkan
sebagai bernilai filsafati. Misalnya:
Aristoteles:
-
Manusia adalah animal rationale
Karena
itu, menurutnya, ada tahap perkembangan: Benda mati -> tumbuhan ->
binatang -> manusia
Tumbuhan
= benda mati + hidup ---- tumbuhan memiliki jiwa hidup
Binatang
= benda mati + hidup + perasaan ----binatang memiliki jiwa perasaan
Manusia
= benda mati + hidup + akal ----manusia memiliki jiwa rasional
-
Manusia adalah zoon poolitikon, makhluk sosial.
b.
Ernest Cassirer: manusia adalah animal simbolikum Manusia ialah binatang yang
mengenal simbol, misalnya adat-istiadat, kepercayaan, bahasa. Inilah kelebihan
manusia jika dibandingkan dengan makhluk lainnya. Itulah sebabnya manusia dapat
mengembangkan dirinya jauh lebih hebat daripada binatang yang hanya mengenal
tanda dan bukan simbol.
Demikianlah
disebutkan beberapa contoh mengenai bentuk jawaban yang berupa filsafat. Dari
contoh tersebut, filsafat adalah pendalaman lebih lanjut dari ilmu (Hasil
pengkajian filsafat selanjutnya menjadi dasar bagi eksistensi ilmu). Di sinilah
batas kemampuan akal manusia. Dengan akalnya ia tidak akan dapat menjawab pertanyaan
yang lebih dalam lagi mengenai manusia. Dengan akalnya, manusia hanya mampu
memberi jawaban dalam batas-batas tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat
Immanuel Kant dalam Kritiknya terhadap rasio yang murni, yaitu manusia hanya
dapat mengenal fenomena belaka, sedang bagaimana nomena-nya ia tidak tahu.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka yang dapat menjawab pertanyaan lebih
lanjut mengenai manusia adalah agama; misalnya, tentang pengalaman apa yang
akan dijalani setelah seseorang meninggal dunia. Jadi, sesungguhnya filsafat
tidak hendak menyaingi agama. Filsafat tidak hendak menambahkan suatu
kepercayaan baru.
Selanjutnya,
filsafat dan ilmu juga dapat mempunyai hubungan yang baik dengan agama.
Filsafat dan ilmu dapat membantu menyampaikan lebih lanjut ajaran agama kepada
manusia. Filsafat membantu agama dalam mengartikan (menginterpretasikan)
teks-teks sucinya. Filsafat membantu dalam memastikan arti objektif tulisan
wahyu. Filsafat menyediakan metode-metode pemikiran untuk teologi. Filsafat
membantu agama dalam menghadapi masalah-masalah baru. Misalnya, mengusahakan
mendapat anak dengan in vitro fertilization ("bayi tabung") dapat
dibenarkan bagi orang Kristen atau tidak? Padahal Kitab Suci diam seribu bahasa
tentang bayi tabung. Filsafatlah, dalam hal ini etika, yang dapat merumuskan
permasalahan etis sedemikian rupa sehingga agama dapat menjawabnya berdasarkan
prinsip-prinsip moralitasnya sendiri.
Sebaliknya,
agama dapat membantu memberi jawaban terhadap problem yang tidak dapat
dijangkau dan dijawab oleh ilmu dan filsafat. Meskipun demikian, tidak juga
berarti bahwa agama adalah di luar rasio, agama adalah tidak rasional. Agama
bahkan mendorong agar manusia memiliki sikap hidup yang rasional: bagaimana
manusia menjadi manusia yang dinamis, yang senantiasa bergerak, yang tak cepat
puas dengan perolehan yang sudah ada di tangannya, untuk lebih mengerti
kebenaran, untuk lebih mencintai kebaikan, dan lebih berusaha agar cinta Allah
kepadanya dapat menjadi dasar cintanya kepada sesama sehingga bersama-sama
manusia yang lain mampu membangun dunia ini.
Selanjutnya
filsafat memiliki peran dalam agama. Pertama. Salah satu masalah yang dihadapi
oleh setiap agama wahyu adalah masalah interpretasi. Maksudnya, teks wahyu yang
merupakan Sabda Allah selalu dan dengan sendirinya terumus dalam bahasa dari
dunia. Akan tetapi segenap makna dan arti bahasa manusia tidak pernah seratus
persen pasti. Itulah sebabnya kita begitu sering mengalami apa yang disebut
salah paham. Hal itu juga berlaku bagi bahasa wahana wahyu. Hampir pada setiap
kalimat ada kemungkinan salah tafsir. Oleh karena itu para penganut agama yang
sama pun sering masih cukup berbeda dalam pahamnya tentang isi dan arti wahyu.
Dengan kata lain, kita tidak pernah seratus persen merasa pasti bahwa pengertian
kita tentang maksud Allah yang terungkap dalam teks wahyu memang tepat, memang
itulah maksud Allah.
Oleh
sebab itu, setiap agama wahyu mempunyai cara untuk menangani masalah itu. Agama
Islam, misalnya, mengenai ijma' dan qias. Nah, dalam usaha manusia seperti itu,
untuk memahami wahyu Allah secara tepat, untuk mencapai kata sepakat tentang
arti salah satu bagian wahyu, filsafat dapat saja membantu. Karena jelas bahwa
jawaban atas pertanyaan itu harus diberikan dengan memakai nalar (pertanyaan
tentang arti wahyu tidak dapat dipecahkan dengan mencari jawabannya dalam wahyu
saja, karena dengan demikian pertanyaan yang sama akan muncul kembali, dan
seterusnya). Karena filsafat adalah seni pemakaian nalar secara tepat dan
bertanggungjawab, filsafat dapat membantu agama dalam memastikan arti wahyunya.
Kedua,
secara spesifik, filsafat selalu dan sudah memberikan pelayanan itu kepada ilmu
yang mencoba mensistematisasikan, membetulkan dan memastikan ajaran agama yang
berdasarkan wahyu, yaitu ilmu teologi. Maka secara tradisional-dengan sangat
tidak disenangi oleh para filosof-filsafat disebut ancilla theologiae (abdi
teologi). Teologi dengan sendirinya memerlukan paham-paham dan metode-metode
tertentu, dan paham-paham serta metode-metode itu dengan sendirinya diambil
dari filsafat. Misalnya, masalah penentuan Allah dan kebebasan manusia (masalah
kehendak bebas) hanya dapat dibahas dengan memakai cara berpikir filsafat. Hal
yang sama juga berlaku dalam masalah "theodicea", pertanyaan tentang
bagaimana Allah yang sekaligus Mahabaik dan Mahakuasa, dapat membiarkan
penderitaan dan dosa berlangsung (padahal ia tentu dapat mencegahnya). Begitu
pula Christologi (teologi kristiani tentang Yesus Kristus) mempergunakan
paham-paham filsafat Yunani dalam usahanya mempersatukan kepercayaan pada
hakekat nahi Yesus Kristus dengan kepercayaan bahwa Allah hanyalah satu.
Ketiga,
filsafat dapat membantu agama dalam menghadapi masalah-masalah baru, artinya
masalah-masalah yang pada waktu wahyu diturunkan belum ada dan tidak
dibicarakan secara langsung dalam wahyu. Itu terutama relevan dalam bidang
moralitas. Misalnya masalah bayi tabung atau pencangkokan ginjal. Bagaimana
orang mengambil sikap terhadap dua kemungkinan itu : Boleh atau tidak?
Bagaimana dalam hal ini ia mendasarkan diri pada agamanya, padahal dalam Kitab
Suci agamanya, dua masalah itu tak pernah dibahas? Jawabannya hanya dapat
ditemukan dengan cara menerapkan prinsip-prinsip etika yang termuat dalam
konteks lain dalam Kitab Suci pada masalah baru itu. Nah, dalam proses itu
diperlukan pertimbangan filsafat moral. Filsafat juga dapat membantu merumuskan
pertanyaan-pertanyaan kritis yang menggugah agama, dengan mengacu pada hasil
ilmu pengetahuan dan ideologi-ideologi masa kita, misalnya pada ajaran evolusi
atau pada feminisme.
Keempat,
yang dapat diberikan oleh filsafat kepada agama diberikan melalui fungsi
kritisnya. Salah satu tugas filsafat adalah kritik ideologi. Maksudnya adalah
sebagai berikut. Masyarakat terutama masyarakat pasca tradisional, berada di
bawah semburan segala macam pandangan, kepercayaan, agama, aliran, ideologi,
dan keyakinan. Semua pandangan itu memiliki satu kesamaan : Mereka mengatakan
kepada masyarakat bagaimana ia harus hidup, bersikap dan bertindak. Fiisafat
menganalisa claim-claim ideologi itu secara kritis, mempertanyakan dasarnya,
memperlihatkan implikasinya, membuka kedok kepentingan yang barangkali ada di
belakangnya.
Kritik
ideologi itu dibutuhkan agama dalam dua arah. Pertama terhadap
pandangan-pandangan saingan, terutama pandangan-pandang- an yang mau merusak
sikap jujur, takwa dan bertanggungjawab. Fisafat tidak sekedar mengutuk apa
yang tidak sesuai dengan pandangan kita sendiri, melainkan mempergunakan
argumentasi rasional. Agama sebaiknya menghadapi ideologi-ideologi saingan
tidak secara dogmatis belaka, jadi hanya karena berpendapat lain, melainkan
berdasarkan argumentasi yang obyektif dan juga dapat dimengerti orang luar.
Arah kedua menyangkut agamanya sendiri. Filsafat dapat mempertanyakan, apakah
sesuatu yang oleh penganut agama dikatakan sebagai termuat dalam wahyu Allah,
memang termasuk wahyu itu. Jadi, filsafat dapat menjadi alat untuk membebaskan
ajaran agama dari unsur-unsur ideologis yang menuntut sesuatu yang sebenarnya
tidak termuat dalam wahyu, melainkan hanya berdasarkan sebuah interpretasi
subyektif. Maka filsafat membantu pembaharuan agama. Berhadapan dengan
tantangan-tantangan zaman, agama tidak sekedar menyesuaikan dirinya, melainkan
menggali jawabannya dengan berpaling kembali kepada apa yang sebenarnya
diwahyukan oleh Allah.
Dengan cara menyadari keadaan serta kedudukan masing-masing,
maka antara ilmu dan filsafat serta agama dapat terjalin hubungan yang harmonis
dan saling mendukung. Karena, semakin jelas pula bahwa seringkali pertanyaan,
fakta atau realita yang dihadapi seseorang adalah hal yang sama, namun dapat
dijawab secara berbeda sesuai dengan proporsi yang dimiliki masing-masing
bidang kajian, baik itu ilmu, filsafat maupun agama. Ketiganya dapat saling
menu
2. FILSAFAT KRISTEN
Filsafat
ini disusun oleh para pemimpin gereja untuk menhadapi abad petengahan. Saat
itu, dunia barat khususnya Kristen berada pada masa kegelapan. Masyarakat yang
memeluk Kristen mempertanyakan kembali kepercayaan agamanya. Tokoh filsafat
Kristen hampir semua merupakan ahli agama atau theologian, seperti Santo Thomas
Aquinas dan Santo Bonaventura.
Ada
beberapa aspek yang mendasari filsafat pendidikan Kristen. Pertama, aspek
epistemogi. Dalam aspek ini berisikan bahwa tidak ada kebenaran di luar
kerangka metafisika Allah. Semua kebenaran yang ada di dunia ini sudah sesuai
dengan yang tertulis pada Alkitab.
Akan
tetapi, tidak semua kebenaran tercakup dalam alkitab. Alkitab hanya memberikan
kebenaran secara garis besarnya. Kebenaran itu tidak diperjelaskan satu
persatu, tetapi secara keseluruhan. Contohnya saja air, Allah menciptakan air,
tapi tidak dijelaskan bahwa air mengandung H2O
Tanpa
adanya tuhan dalam kehidupan ini, mungkin sekarang manusia hanya bisa
menggunakan atau mengandalkan kekuatannya sendiri untuk melakukan segala hal.
Sementara itu, tanpa adanya manusia di muka bumi ini, kemuliaan Tuhan tidak
bisa dirasakan. Untuk itu, Tuhan menciptakan manusia dengan sebaik mungkin,
agar bisa merasakan kemuliaan-Nya.
Disinilah
peran pendidikan Kristen dibutuhkan. Dengan adanya pendidikan Kristen, filsafat
Kristen juga semakin berkembang. Jadikan semua pelajaran yang ada di kehidupan
menjadi pelita di kegelapan.
Nah,
sekarang sudah tahu kan seputar filosofi. Mulai dari pembagian berdasarkan
latar belakang wilayah dan agama. Masing-masing pembagiannya sudah dijelaskan.
Demikianlah
artikel mengenai filosofi. Semoga informasi yang disajikan bermanfaat bagi para
pembacanya.
Filsafat Kristen
Filsafat Kristen mulanya disusun oleh para bapa
gereja untuk menghadapi tantangan zaman di abad pertengahan. Saat itu dunia
barat yang Kristen tengah berada dalam zaman kegelapan (dark age).
Masyarakat mulai mempertanyakan kembali kepercayaan agamanya. Filsafat Kristen
banyak berkutat pada masalah ontologis dan filsafat ketuhanan. Hampir semua
filsuf Kristen adalah teologian atau ahli masalah agama. Sebagai contoh: Santo
Thomas Aquinas dan Santo Bonaventura
TENTANG:
A. RINGKASAN FILSAFAT ILMU ALAMIA
B. HUBUNGAN FILSAFAT DAN AGAMA
NAMA DOSEN: Pdt, RASIH LEMBAH S,Th.MA
Di susun oleh
NAMA : ATAMIS WASAHE
FAKULTAS : TEKNIK
PROGRAM STUDY : T,INFORMATIKA
SEMESTER : III